Ku terus menulis.... Membiarkan semua asa dan pikiranku terbang bersama emosi dan jiwa ini.
 


Seuntai Salam

Kugoreskan Seuntai Salam penuh kehangatan
menghempaskan angin kedukaan
Melantun seiring nyanyian hati
Bergemuruh bersama sang waktu

Mencari onggokan kata-kata indah di Samudera
Bagai menyusuri Lautan yang paling dalam
Mencoba merangkai sederet puisi
Bagai menyusun ungkapan hati yang paling indah

Tatkala mentari berkejaran dengan rembulan
Apakah engkau akan tetap di sana ?
Menunggu hingga kutuangkan bait-bait yang memenuhi otakku
Seakan ingin keluar dan meumpahkannya ?

Karena kutetap menyulam kata
Cermin rasa dan keasaanku
Menampar semua keangkuhanku
Dan membiarkan baitku mengisi jagat raya



Links

+ Nofriza's Blogger
+ Muslim Blogger Indonesia
+ Constantio Community
+ Nindiyasari's Personal Website

SPONSOR









Powered by Blogger

   
07 June 2005

Pengumuman

Pengumuman.... Pengumuman....
Teriak laki-laki setengah baya itu lantang
Berlari membuat gaduh
Mencipta gemuruh.... Menerpa Tanya....

Lelaki gila itu datang lagi
Terus meneriaki kata itu
Terus meneriaki sepuluh huruf itu
Kegilaaan yang membuat resah

Ada bahagia bertemu dia lagi
Kala senyum tulusnya berkembang
Tanpa risau.... Tanpa rasa penderitaan

Tak dipedulikannya
Dunia berwajah apa pagi ini
Ia tetap berteriak
Mengucap cara menyalami manusia

 
Oleh : constantio ketika 9:28 AM | 0 Komentar

Kurindu Puisi Tuanku

Aku terbiarkan sendiri
Polos tak tersentuh
Tak seperti dulu
Kala Tuanku mencipta karya

Goretan penanya yang menggelitik
Membuatku tertawa riang
Senyumnya yang mengembang
Kala lembaran-lembaran tersingkap lagi

Kini Tuanku telah tiada
Hanya tersisa aku dengan kenangannya
Bersama barisan puisinya
Bersama barisan cintanya

Puisi terindah yang pernah ia tulis
Bersajak indah membuat hatiku lirih
Puisi terindah yang pernah ia cipta
Kala akhir ia bertemu malam

Aku kini polos....
Hnaya sebagai lembaran-lembaran untuk dikenang
Aku rindu gelitikan itu
Aku rindu puisi-puisi itu
Aku rindu Tuanku....

 
Oleh : constantio ketika 9:26 AM | 1 Komentar

Pencarianku

Sepi melanda subuh ini
Aku melangkah menerjang kabut
Kumandang Adzan bernyanyi indah
Bersenandung membuat langkahku berhenti

Aku bersyukur bertemu Allah lagi
Bergegags bersujud menghadap-Nya
Dzikirku mendetak mengiringi nafas pagi
Menyambut mentari....

Ibu.... Ayah....
Tenanglah disana
Aku akan tetap berdiri kokoh
Memberi terang di peristrirahatan terakhir kalian
Dengan milyaran doa-doaku

Aku berkelana mencari Tuhanku
Aku akan tetap menapaki isi bumi
Hingga langkah ini berhenti
Melayangkan jiwaku
Bertemu Pencipta Tercintaku

 
Oleh : constantio ketika 9:19 AM | 0 Komentar

Tawa Kemalanganku

Aku menyilangkan tangan
Menggantung lengan di pita kehidupan
Tatapku nanar menerobos awang
Menyipitkan mata, mencoba menerawang masa depan

Topiku masih tersemat kokoh
Setia menutupi kepalaku
Membelenggu panas mentari
Usang dan lemas

Perutku meraung jahat
Khayalku tak cukup mengenyangkan
Aku melihat mereka
Manusia-manusia tak semalang aku

Ku menutup mata
Menerobos jantung kota yang keji
Aku tertawa....
Membahanakan suaraku ke antero dunia

Entah apa yang harus aku tertawakan
Nasibku yang malang
Atau kegilaanku yang sudah diambang batas
Tersadarkan kala pagi menyapa
Ternyata aku masih manusia malang....

 
Oleh : constantio ketika 9:18 AM | 0 Komentar

Ingin Terbang

Aku berlari mengejar mimpi
Menggapai asa hingga nanti
Ku menggeret tubuhku kaku
Kala beku memperlambat jalanku

Goretan-goretan semu di dinding
Bergemuruh mentertawakanku
Aku menutup mata
Harap kan lalu hari ini

Duri langkahku kian tajam
Jawabku kian hilang
Aku menjauh dari tatapan itu
Menghindar dari semua tanyamu

Kasih.... Biarkan aku sendiri
Merajut hidup dengan bentangan benang ini
Kasih.... Kau hanya bumbu
Pengiring untuk mempersedap rasa hidupku

Jangan mengukungku
Aku ingin lepas dari jeruji ini
Belajar terbang
Belajar mengepakkan sayapku....

 
Oleh : constantio ketika 9:18 AM | 0 Komentar

Baling-baling bisu

Baling-baling itu masih berputar
Hening kala angin enggan menggoda
Anak itu menatap ke angkasa
Melirik si baling-baling besar

Anak itu melompat gembira
Kala ia berputar lebih cepat
Ia terduduk tetap menatapnya
Walau senja menyelinap bersama angin dingin

Ia kembali terduduk
Setia menatap baling-baling itu
Walau usia baling-baling itu
Serasa berat untuk berputar

Senyum tipis terbentang
Kala baling-baling itu bergerak lirih
Ia berbisik tak peduli pada alam
Ia seakan berbicara dengannya
Berkomunikasi dengan si baling-baling besar
Yang mengerti kebisuannya.....

 
Oleh : constantio ketika 9:17 AM | 0 Komentar

Satu Dua Tiga Empat

Satu.... Dua.... Tiga.... Empat....
Kiri.... Kanan.... kiri.... Kanan.... kiri....
Derap kaki puluhan anak desa
Menyusuri ladang jagung sambil terkekeh

Jagung itu begitu menggoda mata
Beberapa terantuk ke depan
Lengah asik melihat buahnya
Sekali lagi mereka memasang ceria

Satu.... Dua.... Tiga.... Empat....
Kini hari itu telah hilang
Meniti jalan berbeda
Berbaur dengan manusia berbeda

Aku kini melihat mereka lagi
Berkumpul di ladang berwajah puing pabrik tua
Mereka masih menderap
Mencoba menguak memori

Rintih haruku dalam hati
Anak-anak berenergi
Anak-anak modern yang menghargai persahabatan.

 
Oleh : constantio ketika 9:16 AM | 0 Komentar

Derita Keretaku.....

Ramai wajah lesu
Mendesah sesak di terusan lorong
Aku terduduk memasang pena
Mencoba memperjelas makna mereka

Badan panjang itu belum tiba
Hanya beberapa untuk kelas di atas kami
Mengeluh tanpa guna
Ular itu belumlah tiba

Hilir mudik para penjaja
Tak peduli dengan sungutan orang
Mengisngsut dari tempatnya
Memberi ruang....

Keretaku sayang
Aku masih menunggu
Walau ratusan kali kau buatku menunggu

Kereku tercinta
Desahku masih terjaga hingga kau dating
Menyelipkan tubuhku
Terhimpit diantara mereka

 
Oleh : constantio ketika 9:08 AM | 0 Komentar

Pengemis Tua

Pengemis tua berbaju kumal
Meratap hebat di sudut kota
Wajah tua yang malang
Pengemis yang setia mewarnai Jakarta

Tangannya gemetar menengadah
Suaranya lirih tak terdengar
Mengetuk satu demi satu penduduk bumi
Sekedar menanti lemparan koin

Ratapannya begitu memilukan
Merangkul sahabat terdekatnya
Yang menuntun arah jalan
Untuk sosok tua yang buta

Anjing tua itu telah lelah
Ia tak bisa mengantarnya
Ia memilih untuk kembali ke asalnya
Bukan tak ingin menemani si pengemis tua

Wajah-wajah hanya menoleh
Tak peduli dengan si Pengemis Tua
Aku terpaku tetap menatapnya
Tak bergeming.....
"Aku akan menjadi penuntunmu." Seruku Kepadanya

 
Oleh : constantio ketika 8:13 AM | 0 Komentar

Tuhan Pandanglah Aku

Cakarku ingin merobek cerita ini
Desahku ingin menghempas Angan
Tawaku ingin tenggelamkan duka
Dan mimpiku ingin impian baru

Uluran tangan Tuhan masih belum terbentang
aku terus menatap angkasa
Bertanya....
Bertanya dan terus bertanya
Kenapa takdirku begitu kelam ?

Satu lubang lagi membuatku hina
Satu salah lagi membuatku tersisih
Jelang malam aku masih terseok
Dengan alur cerita yang tak pasti

Aku terjaga dalam malam
Tertidur ketika siang
Menjalani satu persatu lembaran hitam
Menenggelamkan diri dalam rawa kebencian

Tuhan....
Aku ingin FITRAH
Manusia termulia diantara manusia
Tuhan....
Pandanglah aku
Aku ingin menggapai tangan-Mu kembali

 
Oleh : constantio ketika 8:13 AM | 0 Komentar

Sahabat.....

Sahabat....
Derai ceritamu selalu kunanti
Tawamu selalu mengisi kehampaan ini
Ceriamu membuat hidupku lebih berarti

Sahabat....
Kunantikan kau lagi
Menitiskan semua dirimu yang dulu disini....

Sahabat....
Selamat jalan....
Harapku aku akan menemukan sosokmu lagi
Aku takkan menangis....
Ikhlas dengan suratan ini

Kala kau tak lagi bisa menggenggam tanganku
Tak lagi bercerita
Hanya senyum masih terurai
Dengan iringan doaku menyertaimu

 
Oleh : constantio ketika 8:11 AM | 0 Komentar
   

Puisi Sebelumnya

Arsip
 
Copyright by Constantio @2005, All Right Reserved.