07 June 2005
|
Pengumuman
Pengumuman.... Pengumuman.... Teriak laki-laki setengah baya itu lantang Berlari membuat gaduh Mencipta gemuruh.... Menerpa Tanya....
Lelaki gila itu datang lagi Terus meneriaki kata itu Terus meneriaki sepuluh huruf itu Kegilaaan yang membuat resah
Ada bahagia bertemu dia lagi Kala senyum tulusnya berkembang Tanpa risau.... Tanpa rasa penderitaan
Tak dipedulikannya Dunia berwajah apa pagi ini Ia tetap berteriak Mengucap cara menyalami manusia
|
|
Oleh : constantio ketika 9:28 AM
|
0 Komentar
|
Kurindu Puisi Tuanku
Aku terbiarkan sendiri Polos tak tersentuh Tak seperti dulu Kala Tuanku mencipta karya
Goretan penanya yang menggelitik Membuatku tertawa riang Senyumnya yang mengembang Kala lembaran-lembaran tersingkap lagi
Kini Tuanku telah tiada Hanya tersisa aku dengan kenangannya Bersama barisan puisinya Bersama barisan cintanya
Puisi terindah yang pernah ia tulis Bersajak indah membuat hatiku lirih Puisi terindah yang pernah ia cipta Kala akhir ia bertemu malam
Aku kini polos.... Hnaya sebagai lembaran-lembaran untuk dikenang Aku rindu gelitikan itu Aku rindu puisi-puisi itu Aku rindu Tuanku....
|
|
Oleh : constantio ketika 9:26 AM
|
1 Komentar
|
Pencarianku
Sepi melanda subuh ini Aku melangkah menerjang kabut Kumandang Adzan bernyanyi indah Bersenandung membuat langkahku berhenti
Aku bersyukur bertemu Allah lagi Bergegags bersujud menghadap-Nya Dzikirku mendetak mengiringi nafas pagi Menyambut mentari....
Ibu.... Ayah.... Tenanglah disana Aku akan tetap berdiri kokoh Memberi terang di peristrirahatan terakhir kalian Dengan milyaran doa-doaku
Aku berkelana mencari Tuhanku Aku akan tetap menapaki isi bumi Hingga langkah ini berhenti Melayangkan jiwaku Bertemu Pencipta Tercintaku
|
|
Oleh : constantio ketika 9:19 AM
|
0 Komentar
|
Tawa Kemalanganku
Aku menyilangkan tangan Menggantung lengan di pita kehidupan Tatapku nanar menerobos awang Menyipitkan mata, mencoba menerawang masa depan
Topiku masih tersemat kokoh Setia menutupi kepalaku Membelenggu panas mentari Usang dan lemas
Perutku meraung jahat Khayalku tak cukup mengenyangkan Aku melihat mereka Manusia-manusia tak semalang aku
Ku menutup mata Menerobos jantung kota yang keji Aku tertawa.... Membahanakan suaraku ke antero dunia
Entah apa yang harus aku tertawakan Nasibku yang malang Atau kegilaanku yang sudah diambang batas Tersadarkan kala pagi menyapa Ternyata aku masih manusia malang....
|
|
Oleh : constantio ketika 9:18 AM
|
0 Komentar
|
Ingin Terbang
Aku berlari mengejar mimpi Menggapai asa hingga nanti Ku menggeret tubuhku kaku Kala beku memperlambat jalanku
Goretan-goretan semu di dinding Bergemuruh mentertawakanku Aku menutup mata Harap kan lalu hari ini
Duri langkahku kian tajam Jawabku kian hilang Aku menjauh dari tatapan itu Menghindar dari semua tanyamu
Kasih.... Biarkan aku sendiri Merajut hidup dengan bentangan benang ini Kasih.... Kau hanya bumbu Pengiring untuk mempersedap rasa hidupku
Jangan mengukungku Aku ingin lepas dari jeruji ini Belajar terbang Belajar mengepakkan sayapku....
|
|
Oleh : constantio ketika 9:18 AM
|
0 Komentar
|
Baling-baling bisu
Baling-baling itu masih berputar Hening kala angin enggan menggoda Anak itu menatap ke angkasa Melirik si baling-baling besar
Anak itu melompat gembira Kala ia berputar lebih cepat Ia terduduk tetap menatapnya Walau senja menyelinap bersama angin dingin
Ia kembali terduduk Setia menatap baling-baling itu Walau usia baling-baling itu Serasa berat untuk berputar
Senyum tipis terbentang Kala baling-baling itu bergerak lirih Ia berbisik tak peduli pada alam Ia seakan berbicara dengannya Berkomunikasi dengan si baling-baling besar Yang mengerti kebisuannya.....
|
|
Oleh : constantio ketika 9:17 AM
|
0 Komentar
|
Satu Dua Tiga Empat
Satu.... Dua.... Tiga.... Empat.... Kiri.... Kanan.... kiri.... Kanan.... kiri.... Derap kaki puluhan anak desa Menyusuri ladang jagung sambil terkekeh
Jagung itu begitu menggoda mata Beberapa terantuk ke depan Lengah asik melihat buahnya Sekali lagi mereka memasang ceria
Satu.... Dua.... Tiga.... Empat.... Kini hari itu telah hilang Meniti jalan berbeda Berbaur dengan manusia berbeda
Aku kini melihat mereka lagi Berkumpul di ladang berwajah puing pabrik tua Mereka masih menderap Mencoba menguak memori
Rintih haruku dalam hati Anak-anak berenergi Anak-anak modern yang menghargai persahabatan.
|
|
Oleh : constantio ketika 9:16 AM
|
0 Komentar
|
Derita Keretaku.....
Ramai wajah lesu Mendesah sesak di terusan lorong Aku terduduk memasang pena Mencoba memperjelas makna mereka
Badan panjang itu belum tiba Hanya beberapa untuk kelas di atas kami Mengeluh tanpa guna Ular itu belumlah tiba
Hilir mudik para penjaja Tak peduli dengan sungutan orang Mengisngsut dari tempatnya Memberi ruang....
Keretaku sayang Aku masih menunggu Walau ratusan kali kau buatku menunggu
Kereku tercinta Desahku masih terjaga hingga kau dating Menyelipkan tubuhku Terhimpit diantara mereka
|
|
Oleh : constantio ketika 9:08 AM
|
0 Komentar
|
Pengemis Tua
Pengemis tua berbaju kumal Meratap hebat di sudut kota Wajah tua yang malang Pengemis yang setia mewarnai Jakarta
Tangannya gemetar menengadah Suaranya lirih tak terdengar Mengetuk satu demi satu penduduk bumi Sekedar menanti lemparan koin
Ratapannya begitu memilukan Merangkul sahabat terdekatnya Yang menuntun arah jalan Untuk sosok tua yang buta
Anjing tua itu telah lelah Ia tak bisa mengantarnya Ia memilih untuk kembali ke asalnya Bukan tak ingin menemani si pengemis tua
Wajah-wajah hanya menoleh Tak peduli dengan si Pengemis Tua Aku terpaku tetap menatapnya Tak bergeming..... "Aku akan menjadi penuntunmu." Seruku Kepadanya
|
|
Oleh : constantio ketika 8:13 AM
|
0 Komentar
|
Tuhan Pandanglah Aku
Cakarku ingin merobek cerita ini Desahku ingin menghempas Angan Tawaku ingin tenggelamkan duka Dan mimpiku ingin impian baru
Uluran tangan Tuhan masih belum terbentang aku terus menatap angkasa Bertanya.... Bertanya dan terus bertanya Kenapa takdirku begitu kelam ?
Satu lubang lagi membuatku hina Satu salah lagi membuatku tersisih Jelang malam aku masih terseok Dengan alur cerita yang tak pasti
Aku terjaga dalam malam Tertidur ketika siang Menjalani satu persatu lembaran hitam Menenggelamkan diri dalam rawa kebencian
Tuhan.... Aku ingin FITRAH Manusia termulia diantara manusia Tuhan.... Pandanglah aku Aku ingin menggapai tangan-Mu kembali
|
|
Oleh : constantio ketika 8:13 AM
|
0 Komentar
|
Sahabat.....
Sahabat.... Derai ceritamu selalu kunanti Tawamu selalu mengisi kehampaan ini Ceriamu membuat hidupku lebih berarti
Sahabat.... Kunantikan kau lagi Menitiskan semua dirimu yang dulu disini....
Sahabat.... Selamat jalan.... Harapku aku akan menemukan sosokmu lagi Aku takkan menangis.... Ikhlas dengan suratan ini
Kala kau tak lagi bisa menggenggam tanganku Tak lagi bercerita Hanya senyum masih terurai Dengan iringan doaku menyertaimu
|
|
Oleh : constantio ketika 8:11 AM
|
0 Komentar
|